Rabu, 26 November 2014

Cerita Fiksi: Cahaya diujung toba (part 1)

  Pagi lagi, cerah lagi. Dimana sang mentari membangunkan semua insan semesta yang telah semalaman merebahkan lelah setelah bersimbah peluh dan pilu melawan dunia. Dunia? hahahahha. Mungkin sedikit berlebihan. Melawan hidup, mungkin? Baiklah, ayo memulai hari ini dengan secercah harapan. Setidaknya masih ada sejengkal kepercayaan bahwa hidup ini tidak seburuk apa yang diceritakan orang lain bukan?

Sebaiknya aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu, seperti kata pepatah tua "Tak kenal maka tak sayang". Jadi ada baiknya kita saling mengenal bukan? Namaku reinald, kalian bisa memangilku "rein". Aku hanya seorang pemuda yatim piatu yang berusaha meniti hidup agak lebih baik. Bukankah itu yang banyak orang lakukan?

 Aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan aku harus tinggal di beberapa tempat untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan beberapa pekerja kasar kami. Hal ini membuatku memiliki cukup banyak  pengalaman baik itu tentang yang berhubungan dengan  pekerjaanku maupun tentang hal lain tentang cinta. Dari sekian banyak tempat yang kukunjungi aku memiliki beberapa pengalaman yang cukup membuatku mengerti arti cinta. Siapa tak mengenal dia, seluruh umat semesta memujanya. Cinta mengajari kita untuk saling menjaga, melindungi, menghargai tapi juga mengajari kita membenci dan mengutuk. Dari semua orang yang aku kenal ada satu sosok yang masih kuingat sampai sekarang, seorang gadis bernama "cahaya".


Senin, 14 April 2014

CERPEN: Bahagia, Cinta, Kasih, Marah dan Benci

  
  Hai, aku cinta. Kalian mengenalku? Pasti! Aku selalu datang disaat hati dan mata kalian sedang ditinggalli oleh bahagia. Tapi apa kalian tau bahwa aku sangat membenci bahagia? Kenapa? Karena mereka selalu menyamakanku dengan dia. Apa hebatnya dia? Selalu membuat kalian tertawa? Aku juga mampu membuat kalian tertawa. Dan satu hal lagi, aku tak suka berbagi tempat dengan dia. Dia memakan lebih banyak tempat daripada dua sahabatku yang selalu kuajak bergabung disaat aku datang mengunjungi seseorang. Iya, aku lebih menyukai si kembar marah dan benci daripada bahagia. Selain mereka mau menggantikanku disaat aku pergi dari seseorang, mereka juga lebih suka tinggal bersama-sama denganku. Karena sebagian orang lebih suka mencintai walau dia membenci dan marah kepada seseorang. Sedangkan bahagia? Orang-orang lebih suka mementingkan bahagia daripada mencintai. Pasti kalian pernah berpikir "Lebih baik aku tak lagi mencintainya daripada dia tak bahagia" Omong kosong seperti apa itu? Kenapa kalian berpikir bisa hidup tanpa aku? Tanpa cinta? Naif. Itu sebabnya aku lebih menyukai si kembar marah dan benci. Dan kalian pasti lebih tau kan mereka bermusuhan sejak dulu. Bahagia tak akan mau berjumpa dengan marah dan benci. Dia akan selalu pergi disaat aku mengundang dua sahabat terbaikku itu. Iya, aku memang agak sedikit berbeda dengan kakakku kasih. Aku lebih sedikit egois daripada kakakku, dan sayangnya dia sangat menyukai bahagia. Mereka mau tinggal bersama dalam waktu yang lama. Lihatlah betapa menjijikkannya itu.  Mereka mampu terus bersama-sama hingga akhirnya menyingkirkan kami. Lihat siapa yang datang, si kembar terbaikku, marah dan benci. Biarkan mereka memperkenalkan diri dengan kalian.


Minggu, 28 Juli 2013

CERPEN: Gadis Pemuja Senja

 Malam kembali datang, diiringi rintik hujan yang masih betah membasahi bumi tandus yang dipenuhi luka dalam lika-liku hidup. Aku masih sibuk menikmati segelas kopi yang terhidang tepat dihadapanku. Tanpa kusadari aku telah menghabiskan waktu berjam-jam di kafe yang cukup mewah ini sendiri. Kuperhatikan sekelilingku, banyak orang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sebagian dari mereka terlihat bahagia, namun sebagian lagi terlihat penuh kepura-puraan. 

 Seperti sepasang kekasih yang duduk tepat di depan mejaku, mereka sedang sibuk memadu kasih tanpa memperdulikan orang-orang yang ada disekitar mereka. Seakan kami yang berada disekitar mereka hanya lah proyeksi dari pikiran mereka, tak nyata. bersenda gurau, penuh tawa dan senyum bahagia. Terdengarku jelas mereka sedang membicarakan masa depan mereka bersama kelak, penuh bahagia, seakan cinta mereka takkan terpisahkan oleh masalah sebesar apapun.